Selasa, 15 Mei 2012

Well Trained People Flight

Ada anekdot pada waktu rezim Saddam Husein masih berkuasa, bahwa mengapa kecenderungan tentara Irak saat itu suka ‘berperang’ dengan negara tetangganya? Salah-satu yang menjadi sorotan adalah bahwa penguasa Irak itu mempunyai tentara yang sangat handal dan well trained. Jadi dengan dukungan training dan dana yang cukup, maka tentara tersebut sangat profesional dan loyal terhadap Saddam Husein. Nah, salah-satu yang harus diperhatikan bila punya tentara yang profesional dan loyal adalah battle field bagi tentara tersebut. Jadi bila battle field itu tidak ada, maka harus segera dicari siapa musuhnya. Bagaimana jika tidak ada musuh dan battle field-nya? Jawabannya adalah bahwa tentara tersebut justru akan menyerang balik tuannya sendiri!

Tatkala perusahaan pembuat pesawat Indonesia (PT Dirgantara Indonesia) justru banyak mem-PHK karyawan, maka analoginya mirip yang terjadi di Irak tadi, hanya saja mereka bukan tentara tetapi tenaga juru tera (insinyur) terbaik yang dimiliki bangsa ini. Akibatnya mereka yang terdidik tersebut (well trained people) akan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki (ahli rancang bangun pesawat komersil atau militer). Hal yang manusiawi ketika ilmu dan keahlian kita sebagai anak bangsa kurang atau tidak dihargai oleh negeri sendiri, maka merekapun akan ‘bertebaran’ di seantero jagad bumi untuk melanjutkan kehidupan dan menjual skills mereka. Adalah berkah sekaligus keuntungan bagi Perusahaan yang berhasil merekrut dan mempekerjakan mantan karyawan PT DI tersebut untuk berkarya di Perusahaan mereka. Mereka (perusahaan perekrut – red) tidak usah repot-repot mentraining karyawan tersebut karena mereka sudah teruji pada perusahaan sebelumnya. Sayangnya, tatkala Indonesia membutuhkan pesawat canggih (komersial atau militer), lagi-lagi kita harus berurusan dengan pembuat pesawat (aircraft) yang sudah terkenal di dunia – yang nota benenya karya tersebut juga dihasilkan oleh anak bangsa Indonesia sendiri. Kita harus membayar mahal pembelian pesawat yang high tech tersebut karena memang man hours pekerjanya termasuk yang termahal di dunia. Tentunya akan lain ceriteranya bila para ahli pembuat pesawat terbang tersebut dipekerjakan di tanah air mereka sendiri. Namun apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Kondisi industri dirgantara negara lain semakin canggih (karena juga didukung tenaga ahli dari eks karyawan pembuat pesawat Indonesia), sedangkan kondisi pabrik milk bangsa sendiri justru sebaliknya.

Sejarah membuktikan bahwa akan terjadi capital flight bila kondisi suatu negara bakal merugikan para investornya. Hanya saja dalam capital flight perpindahan hanya berupa uang atau investasi saja, sedangkan well trained people flight lebih dari itu! Kerugian yang bakal dialami oleh negara yang orang terdidiknya diambil oleh negara lain adalah mereka kehilangan human invest yang merupakan intangible asset bagi negara. Saatnya negarawan negeri ini berpikir untuk membuat anak negeri yang terdidik di negeri ini tidak lari atau bekerja di luar negeri. Bila tidak dipikirkan dari sekarang, setidaknya ada 2 (dua) hal yang akan menjadi konsekwensinya. Bila kita mengirimkan tenaga kerja yang low quality alias unskilled, maka akan terus terulang banyaknya TKI atau TKW yang menjadi korban di luar negeri. Sebaliknya bila well trained people tidak mendapatkan pekerjaan yang layak di dalam negeri, maka bersiap-siaplah kita akan menjadi bangsa pasar bagi produk-produk berkualitas yang nota bene dihasilkan oleh tenaga kerja bangsa sendiri dengan harga yang lebih mahal tentunya. Semoga hal ini tidak terjadi!



Banuayu, 15 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar