Rabu, 16 Mei 2012

“Mengintip” Job Desc Dunia Industri

Kemarin (15/05) kami kedatangan sekelompok guru SMK yang rencananya mau magang di perusahaan kami. Sebenarnya di perusahaan sangat terbuka untuk menerima siswa atau mahasiswa yang magang, bahkan sudah pernah mahasiswa S2 bahkan S3 yang melakukannya. Namun kali ini yang akan magang adalah nota bene bapak dan ibu guru yang selama ini beraktivitas sebagai tenaga pengajar. Lalu apa yang sebenarnya menjadi ‘message’ dari keinginan magang ini? Dengan jujur menurut juru bicara para guru tersebut adalah bahwa mereka mendapat mandat dari Diknas untuk dapat melakukan link and match antara kompetensi yang ada di perusahaan dengan mata ajar dan praktek yang selama ini dilakukan di sekolah mereka. Dengan kata lain bahwa sebagai manpower supply – sekolah mereka menginginkan agar kurikulum di sekolah mereka selaras (comply) dengan yang diinginkan oleh dunia industri. Suatu keinginan dan cita-cita mulia tentunya.

Tatkala banyak kaum ilmuwan yang sudah bersusah payah melakukan penelitiannya, namun hasil akhir penelitian tersebut tidak dapat diserap oleh dunia industri. Di sisi lain dunia industri juga berteriak agar industri mereka tetap eksis di tengah persaingan global yang ketat. Kedatangan para guru SMK tersebut memberikan inspirasi bahwa untuk menghasilkan out put yang berkualitas tentunya harus dimulai dengan guru-guru yang berkualitas pula. Langkah untuk mendatangi dunia industri merupakan upaya jemput bola yang sedikit sekali dilakukan oleh guru-guru lainnya. Sebenarnya proses magang merupakan learning by doing bagi siapa saja yang ingin mendalami lebih lanjut tentang proses job desc yang ada di dunia kerja (industri). Bagi siapa saja yang lebih siap kompetensinya dari awal, dapat dipastikan ia lebih percaya diri untuk memasuki dunia kerja industri. Sekarang ini antara dunia pendidikan (institusi) dan dunia kerja (industri) masih terjadi gap yang cukup tinggi. Lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi lebih sering siap dalam hal teori daripada dunia kerja yang nyata (real). Di sisi lain perusahaan sudah merasa nyaman dengan rutinitas selama ini yang telah mereka lakukan. Padahal proses kerja di dunia industri secanggih apapun, masih memerlukan up date dan up grade dari sisi peralatan dan pengoperasiannya.

Menghadapi persaingan global yang menuntut semakin kompetitif dari segi cost dan man hour, mau tidak mau perusahaan harus selau meng up date dan meng up grade para karyawan dan peralatan industri mereka. Semakin efisien suatu industri, maka semakin terbuka lebar untuk menjadi leader di pasar global. Perawatan peralatan (equipment) merupakan hard ware bagi perusahaan, sedangkan sistem dan human resource merupakan soft ware yang juga harus dimaintenance.

Langkah para guru yang ingin ’mendekatkan’ diri dengan dunia industri untuk dapat melisting kebutuhan akan competency yang dibutuhkan dunia industri terhadap lulusan SMK sudah sepatutnya didukung. Perusahaan Kiat Motor yang memberikan kesempatan magang yang luas bagi siswa-siswa SMK telah menghasilkan mobil Esemka yang fenomenal itu. Bisa dibayangkan bila kaum industriawan mau berpikir dan bertindak seperti ini, maka bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia menjadi bangsa manufaktur yang terdepan. Jepang, Korea, bahkan China dan India telah membuktikan bahwa dunia pendidikan bukan hanya dunia menara gading dengan teorinya, tapi merupakan man power yang siap sedia untuk bekerja dan mendukung dunia industri. Para industriawan mulai saat sudah harus merubah paradigma mereka bahwa kebutuhan manpower merupakan ”raw material” yang harus dipersiapkan sedari dini untuk menunjang kelangsungan industri mereka di masa depan. 

Banuayu, 16 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar