Sudah
sering terdengar kalau bangsa Jerman termasuk kategori bangsa yang serius. Mau
bukti? Tatkala ada pagelaran misi kebudayaan di KBRI Berlin beberapa waktu lalu
– salah-seorang peserta dimintai keterangan bagaimana kesan terhadap penonton
Jerman tersebut. Spontan saja ia mengatakan bahwa mereka (tim kesenian) harus
serius untuk melakukan pagelaran karena disamping sebagai duta bangsa – bangsa
Jerman termasuk bangsa yang serius dalam segala hal. Cobalah perhatikan, dalam
bertepuk tangan saja mereka sudah sangat ‘irit’ alias sekadarnya saja. Belum
lagi reaksi mimic penonton yang
rada-rada serius dalam menikmati pagelaran tari dan music Indonesia itu.
Untuk hal-hal yang santai atau enjoy saja mereka serius, gimana kalo yang lebih
serius, bekerja misalnya.
Orang
Amerika terkenal dengan sikap straight to
the point alias enggak banyak
basa-basi. Mereka bangsa yang
efisien dalam penggunaan waktu (time management)
dalam segala hal. Dalam suatu dialog film Hollywood disebutkan bahwa alkisah
seorang konsultan (arsitek) yang diberikan waktu membuat rancangan bangunan
untuk investor Jepang. Sang Pemilik Firma tersebut memerintahkan agar sang
arsitek dapat menyelesaikan draft
bangunan gedung yang diminta keesokan harinya. Namun oleh sang arsitek perintah
itu ditampik dengan alasan ia sudah 2 (dua) tahun berturut-turut tidak bisa
mengambil cuti demi berbagai proyek kantor yang ia kerjakan. Bahkan ia memohon sangat
karena besok pagi adalah hari ulang tahun putera sulungnya yang sudah dua kali
tidak bisa dihadiri! Bukan memberikan empati terhadap karyawannya, sang Pemilik
dengan santai dan dingin mengatakan bahwa ia tetap menolak mengizinkan cuti
arsitek dan memberikan 2 (dua) pilihan; tetap menyelesaikan proyek tersebut
hingga besok pagi atau silakan cari perusahaan lain yang bisa menampungnya
bekerja! Pilihan sulit tersebut akhirnya membuat sang arsitek geram dan sakit
hati. Lalu dengan wajah geram dan marah, sang arsitek bertanya; alasan terkuat
apakah sehingga ia sebagai bos harus memaksakan kehendak terhadap bawahannya?
Jawaban sang Pemilik benar-benar diluar perkiraan (beyond expectation) bagi sang arsitek.
“Proyek ini adalah Mega Proyek bagi kita, karena si investor orang
Jepang. Orang Jepang adalah bangsa yang sangat tidak sabaran dan tergesa-gesa.
Coba saja kamu bayangkan, jangankan menunggu sekian jam, saking terburu-burunya
mereka (orang Jepang –red) -- sampai merasa
tidak perlu lagi memasak ikan yang harus disantapnya!” jelas sang Bos dengan mimic serius
Kontan
saja sang arsitek itupun langsung bekerja lembur hingga larut malam di
kantornya, tanpa meminta penjelasan lebih lanjut.
Zaman
Orde Lama pernah dikenal dengan Zaken Kabinet alias “Kabinet Pekerja”, alias menteri-menteri
yang ditunjuk oleh partai yang berkuasa saat itu lebih mengutamakan bekerja
atau berkarya daripada yang lainnya (misalnya politik).Kenapa kita tidak
menghidupkan kembali tradisi ‘Bekerja
sebagai Panglima” dalam cabinet pemerintahan kita. Bukanlah rakyat tidak
akan mengenang siapa dan dari mana menterinya berasal, tapi lebih cenderung
melihat hasil kerja nyata untuk rakyatnya!
Banuayu,
17 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar