Tatkala duo rivalitas pilpres
2014 (Jokowi-Prabowo) kembali bertemu di kediaman Prabowo Subianto di Hambalang
(31/10), sontak publik mereka-reka ada apa dengan mereka? Ada yang mengkaitkan dengan situasi menjelang
Unjuk Rasa Qubra Ummat Muslim tanggal 04 Nopember 2016 besok (?) Jawaban kedua
politikus tersebut sangatlah sederhana: silaturahmi. Yang menarik dalam
pertemuan itu adalah keduanya sempat ngobrol bersama sambil menunggang kuda. Suatu
jawaban yang menyejukkan sekaligus menyenangkan. Siapapun akan setuju bahwa
dengan silaturahmi, akan membuat suasana jadi cair. Persoalan akan menjadi
lebih terurai (mirip-mirip kondisi lalu-lintas saja). Bahkan ada keyakinan
dengan silaturahmi akan memperpanjang usia dan memudahkan rezeki. Mudah-mudahan
kedua negarawan itu (Prabowo & Jokowi) diberikan usia yang panjang. Bagi
yang sedang memerintah – diberikan kemudahan dalam mengambil kebijakan dan
perbaikan ekonomi (rezeki – red) bagi rakyat.
Penting & Genting
Seorang Aa Gym bahkan mengatakan
dalam talkshow di salah satu tv swasta (02/11) bahwa unjuk rasa Ummat Islam
tanggal 04 Nopember 2016 nanti merupakan hal ‘penting & genting’ – jadi
sebaiknya pak presiden Jokowi berkenan bisa menerima utusan pengunjuk rasa
tersebut di istana. Bahkan beliau menyarankan bilama ada rencana sang presiden
untuk menonton konser musik atau kondangan, sebaiknya lebih diutamakan untuk
menerima tamu alias pengunjuk rasa tersebut. Sebab selama ini ada kesan bahwa
para pengunjukan rasa merupakan potensi masalah. Bisa bikin chaoslah,
anarkislah, bisa merusak tamanlah. Tapi ada belum disentuh oleh orang nomor
satu itu; siapa yang membuat orang melakukan unjuk rasa itu! Dengan kata lain
Aa mengharapkan agar sang presiden nantinya bisa memahami bagaimana perasaan
hati Ummat Islam yang difitnah dan dinistakan Aqidahnya oleh seseorang yang
bernama Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang notabene pernah menjadi wagub
DKI selama dua tahun bersama Jokowi. Bilamana presiden tidak bijak
menyikapinya, Aa Gym khawatir persoalan penistaan agama an sich ini akan
menjadi blunder dan berkepanjangan.
Jangan sampai Lebaran Kuda
Dalam dunia politik ada adagium;
bilamana Anda menyatakan bahwa Anda tidak berpolitik, maka saat itulah Anda
sudah berpolitik! Bilamana kaum ulama saja yang menyuarakan suara Ummat saja
masih ada pihak yang ‘mencurigai’ bernuansa politik, apalagi kalo yang bersuara
itu adalah SBY yang mantan presiden RI ke-6. Meskipun beliau sempat curhat dan
prihatin bilamana ada pihak yang mencurigai diri dan partainya dibalik rencana
unjuk rasa tanggal 04 Nopember 2016 tersebut. Bahkan secara tegas beliau menyampaikan
bahwa unjuk rasa 04 Nopember 2016 adalah ungkapan hati nurani ummat yang Aqidah
mereka dinistakan oleh Ahok. Setali tiga uang dengan Aa Gym, diakhir konfrensi
pers di kediaman di Cikeas (02/11) tersebut, SBY mengingatkan agar Jokowi
serius menanggapi hal ini (kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok) dapat
diselesaikan secara hukum dengan fair dan bermartabat. Sebab bilamana tidak
anggap penting persoalan ini (sekali lagi, kasus dugaan penistaan agama –red),
maka gelombang demonstrasi akan berlanjut hingga lebaran kuda. Tidak dijelaskan
secara spesifik apa yang dimaksud dengan lebaran kuda itu.
Berbagai pendapat dan tafsiran arti
‘lebaran kuda’ tersebut sah-sah saja. Hanya SBY-lah yang tahu arti dan maksud sebenarnya.
Atau kalapun di kamus bahasa Indonesia belum tercantumpun, Andapun berhak untuk
nyengir kuda. Anda setuju (?)