Selasa, 20 Februari 2018


Robohnya Konstruksi Kami


Ketika dalam waktu yang relatif singkat proyek infrastruktur yang digadang-gadang pemerintah ada yang ambruk, saya ingat joke seorang teman tatkala masih mahasiswa sekitar 20 tahun lalu. Rekan itu kebetulan mahasiswa jurusan teknik mesin. Menurutnya, ada kompetisi membuat jembatan yang menghubungkan antara neraka dan surga. Sesuai aturan kompetisi, tim yang duluan menyelesaikan proyek jembatan dianggap sebagai pemenang. Maka para engineer berpacu dengan waktu untuk segera menyesaikan pekerjaan tersebut. Engineer arsitek agak hati-hati karena tidak ingin proyek dikerjakan asal-asalan. Sementara itu para engineer sipil langsung bekerja. Bagi mereka menggarap proyek seperti itu sudah hal biasa. 

Dalam waktu relatif singkat, kelihatan bahwa tim engineer sipil lebih cepat dalam bekerja.  Beda dengan engineer arsitek yang relatif lamban. Beberapa bulan kemudian engineer sipil telah berhasil membuat jembatan yang menghubungkan antara surga dan neraka. Sementara itu engineer arsitek masih belum merampungkan pekerjaan mereka. Alhasil si pemenang adalah engineer sipil...
Moral cerita adalah bahwa engineer sipil sudah biasa mengerjakan pekerjaan itu. Sedangkan engineer arsitek tipe pemikir, bukan tipe pekerja seperti engineer sipil. 


SOP vs ZMZT

Untuk melakukan suatu pekerjaan konstruksi tentulah harus memenuhi berbagai kriteria yang disyaratkan. Mulai dari sertifikasi perusahaan, SDM, finansial, dan lain-lain. Setiap perusahaan konstruksi juga memiliki standard operating procedure (SOP) di dalam merekrut dan mempekerjakan karyawan mereka. Sedikit saja kesalahan atau kelalaian terhadap SOP -- tentu akan berakibat fatal. Terbukti, Setiap ada kesalahan dalam konstruksi dan ambruk, tentunya memakan korban manusia. Di sisi lain pemerintah sebagai pemilik proyek, juga harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap para kontraktor dan sub kontraktor yang ikut dalam proyek pemerintah tersebut. Mengambil istilah dalam penerbangan, maka siapapun yang terlibat dalam pengerjaan proyek itu harus bebas dan kesalahan. Dan tidak mentolerir sekecil apapun kesalahan yang dilakukan (zero mistake, zero tolerance).

Anda mungkin masih ingat cerita seorang pilot Air France yang karena kondisi darurat, akhirnya mematikan ke 4 engine pesawatnya karena salah satunya terbakar. Akibatnya pesawat terbang tanpa engine. Namun keajaiban terjadi. Meskipun tanpa bantuan dorongan mesin, pesawat jet tersebut berhasil mendarat di bandara terdekat dengan selamat. Rupanya sang pilot yang sudah kawakan itu berhasil mengendalikan dan mendaratkan pesawat -- hanya mengandalkan dorongan angin saja. 

Banyak pujian yang dilontarkan kepada sang pilot karena telah berhasil mendarat darurat tanpa menimbulkan korban seorangpun penumpang. Anda tahu apa yang dilakukan manajemen Air France  saat itu? Sang pilot akhirnya dipecat dari perusahaan karena tidak mengindahkan SOP yang ada! Jadi menurut mereka, pesawat berhasil mendarat bukan karena sang kapten pilot hebat, tapi karena faktor keberuntungan saja....

Oleh sebab itu para stock holder khususnya pemangku jabatan bagian pekerjaan umum, sudah selayaknya mengevaluasi total pengerjaan pembangunan infrastuktur yang sekarang ini. 
Lebih baik selamat, dan selamat lebih baik!...

Senin, 19 Februari 2018


Seluang

Hari Minggu (18/02/18) KPU telah menetapkan nomor urut peserta Pemilu 2019 sebanyak 14 partai. Selain partai muka lama terdapat pula 4 partai muka baru. Meskipun ada 2 partai yang dianggap tidak memenuhi syarat  peserta pemilu -- keberadaan 14 partai setidaknya akan membuat suasana tahun 2018-2019 akan semakin meriah. Minimal meriah dengan atribut para calon legislator maupun pemimpin daerah yang akan bertarung dalam pemilu kada. Tidak seheboh atau semeriah saat final Piala Presiden 2018 di GBK. Entah karena dianggap sudah lumrah atau karena yang dilihat rakyat hanya itu-itu saja.

Muncul Sekali 5 Tahun

Mungkin itulah kata yang cocok buat partai ataupun pengurus partai dan atau siapapun yang ingin mendulang suara -- agar dirinya atau partainya dipilih oleh rakyat. Selanjutnya akan ada ritual perang spanduk dan baner, debat calon kandidat, hari pencoblosan, de el el. Acara 5 tahunan ini merupakan lahan yang menguntungkan bagi konsultan dan pengamat politik, pembuat baju kaos, dan tentunya EO penggerak massa. Setelah masa kampanye...., masa tenaaanggg..., dan hari pencoblosan. Meskipun KPU sudah mengingatkan untuk melarang keras keras terjadinya politik uang dalam perhelatan akbar 5 tahunan ini, tapi potensi ke arah itu masih akan tetap ada. Setelah itu apa lagi? Rakyat tidak terlalu penting (atau setidaknya menganggap penting apa yang ada di "kepala" para calon legislator atau kepala daerah). Dan nampaknya membedah 'isi kepala' atau mindset mengapa kita harus memilih mereka (?) tidak menjadi isu yang penting atau menarik. Sehingga kita akan terus mengalami 'ritual' lima tahunan ini tanpa terlalu mengharapkan apa visi & misi serta target yang hendak dicapai oleh sang legislator atau kepala daerah itu.

Fenomena Seluang

Bagi masyarakat Sumsel khususnya dan daerah lain di Indonesia, tentu sudah mengenal ikan seluang -- yang merupakan ikan air tawar yang biasa hidup di di sungai. Tubuhnya yang berukuran 2-4 inci merupakan species yang sering muncul dan menghilang di permukaan sungai. Kebiasaan muncul & menghilang si ikan seluang ini -- ada kemiripan dengan sepak terjang dan kebiasaan partai politik dan orang-orang yang ingin mendulang suara rakyat agar memilih dirinya atau partai. Bedanya mereka itu muncul sekali 5 tahun! Kalo ikan seluang akan selalu muncul-menghilang dalam hitungan jam saja.

Bedanya lagi, kalo si ikan seluang memberikan manfaat bagi manusia untuk dijadikan penganan dan lauk karena kaya protein dan gizi untuk tubuh manusia. Kalo yang muncul-menghilang sekali 5 tahun..., gimana..(?)


Mang Tujah,

SKA 200218