Minggu, 20 Mei 2012

Contra Flow Inves tment (Bagaimana China Membangun Infrastruktur di Afrika) Bagian Pertama


Tatkala Negara-negara Barat mempertahankan reputasi mereka bahwa pihak baratlah yang paling berpengalaman dalam membangun infrastruktur dan berinventasi terhadap negara-negara dunia ketiga atau lebih cenderung disebut Negara-negara miskin, setidaknya hanya ada tersisa peluang kerja sama selain barat yakni pihak timur. Sayangnya, pasca rontoknya Uni Soviet – praktis yang tersisa hanya blok komunis diluar yaitu (eropah timur, China dan Kuba). Mungkin hanya China yang termasuk pengecualian negeri komunis yang menjadi sparing partner of enemy bagi pihak barat. Mengapa hal ini terjadi? Setidaknya karena factor China sebagai pangsa pasar produk barat yang potensial, juga adanya mindset bahwa ideology kapitalis dan komunis masih bisa ‘direkat’ dengan ideology pasar. Dengan kata lain kita boleh berbeda paham politik dan agama sekalipun, namun untuk kebutuhan perekonomian – kita boleh berhubungan dengan siapa dan Negara mana saja!
Sudah jamak terbukti bahwa pihak barat sangat saklek dan solid di dalam mempertahankan system, policy dan strategy kapitalis mereka bila berinvestasi dengan Negara non barat. Kerjasama investasi yang saling menguntungkan – apakah itu oleh pihak barat atau pihak blok manapun –cenderung lebih menguntungkan bagi para investor. Profit tends going to the Investors!
Peluang pihak Negara-negara yang kaya sumber daya alam namun ‘miskin’ kreativitas ini, mendorong China untuk dapat menjadi ‘dewa penolong’ bagi Negara-negara Afrika yang butuh infrastruktur dengan persyaratan yang tidak ‘serumit’ pihak kapitalis barat selama ini. Persyaratannya tidak perlu harus menekan otoritas politik (seperti isu hak azazi manusia, lingkungan, dsb). Toch, kami datang untuk berdagang atau berbisnis dengan Anda bukan ikut ‘mengurusi’ rumah tangga Anda!
Satu hal yang perlu dicatat bahwa politik China lebih sedikit soft dibandingkan dengan pihak barat untuk membackup kelangsungan hidup industry kapitalis mereka. Pihak barat setidaknya punya 3 (tiga) scenario terhadap Negara-negara yang bakal menghambat laju perekonomian (kapitalis) mereka. Selain politik dan ekonomi, opsi militer menjadi salah satu yang akan diambil apabila ada Negara yang kaya SDA namun ‘sulit’ diajak ‘bekerjasama’. Hal tersebut sulit (setidaknya hingga saat ini – red) bila diterapkan terhadap China. Bargaining position sebagai salah satu Negara yang mempunyai hak veto di PBB dan tingkat pertumbuhan ekonomi paling dinamis di dunia, membuat langkah China sebagai alternative kerjasama bagi Negara-negara di Afrika. Evaluasi yang harus diperhatikan bahwa adagium no lunch free sudah pasti ada. Kabarnya pihak China diberikan konsesi atas pengelolaan minyak dan mineral atas dibangunnya infrastruktur di Negara-negara Afrika itu.

Banuayu, 20 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar