Jumat, 24 Februari 2012

Kisah Pensil Rusia vs Pena Amerika

Orang Amerika terkenal sangat empiric dan logic. Selain didukung oleh teknologi dan dana yang tanpa batas, negeri ini ingin selalu dianggap sebagai Bangsa Terdepan di Dunia. Tatkala tim pesawat ulang-alik melihat bahwa ada kelemahan ketika para astronot ingin menulis di dalam pesawat ulang-alik, ternyata tinta yang digunakan tidak bisa keluar dan macet. Langsung saja para ilmuwan dikerahkan untuk mengadakan analisa kenapa tinta pena enggak bisa keluar di dalam pesawat yang hampa udara itu.
Waktu yang dibutuhkan untuk riset memakan waktu berbulan-bulan dan dana yang dikeluarkan tidak sedikit. Pokoknya Amerika harus melakukan yang terbaik, berapapun biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk itu!

Di sisi lain, pihak Rusia mengetahui bahwa rivalnya di Ruang Angkasa (Amerika Serikat –red) sedang bersusah payah melakukan riset tentang bagaimana mengatasi tinta pena yang susah digunakan di dalam pesawat ruang angkasa mereka. Karena masalah tersebut tidak terlalu ’signifikan’, maka timpun tidak perlu repot-repot mengatasinya. Mau tahu apa yang dilakukan oleh tim Rusia untuk mengatasi hal tersebut?
Tim Rusia akhirnya memutuskan bahwa untuk menulis laporan di dalam pesawat ruang angkasa, para kosmonot tidak usah memakai pena dengan teknologi yang canggih. Cukup memakai: Pensil....


Tatkala kota Rotterdam sering diguyur banjir kiriman dari Laut Utara, maka pihak pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun mega proyek milyaran gulden untuk mengatasinya. Lahirlah proyek bendungan raksasa yang mampu melindungi kota mereka dari bahaya banjir yang sekian generasi sebelumnya belum teratasi. Pembangunan mega proyek itu mulai dari tahap perencanaan hingga selesai selama 75 tahun!
Saat kota Batavia berpenduduk 300 ribu orang sekitar tahun 1930-an, pemerintahan di Batavia saat itu sempat membuat master plan untuk mengantisipasi banjir di Batavia bila terjadi. Lahirlah rencana pembangunan banjir kanal timur yang terkenal itu.Namun hingga tulisan ini (Januari 2012)dibuat Proyek Banjir Kanal Timur itupun belumlah selesai...


Bila mau memakai cara Amerika maka kita harus siap-siap dengan dana yang besar dan teknologi yang canggih. Namun bila memakai cara Rusia, maka marilah kita seluruh warga DKI dan Bogor setiap hari Jum'at melakukan pembersihan parit, selokan, dan daerah aliran sungai (DAS) sepanjang jalur sungai yang menuju Jakarta tersebut. Disamping itu setiap warga dilarang keras untuk membuang sampah di sungai. Mulai saat ini pemda DKI dan Jawa Barat (termasuk Bogor) harus sangat selektif untuk memberikan izin bagi pengembang dan investor yang akan berinvestasi di kedua wilayah yang selama ini dituding sebagai salah satu penyebab banjir karena  merusak ekosistem dan meredusir kawasan resapan air di Jakarta. Gampang bukan?
Masalahnya cuma satu. Mau tidak kita melakukan?




Banuayu, 20 Februari 2012

Sepeda Nasional INDONESIA

Dalam istilah pemasaran dikenal dengan second bite policy. Artinya bila ingin produk kita dikenal konsumen, maka haruslah mampu untuk setidak-tidaknya mengalahkan the market leader  yang ada. Secara kasat mata bagaimana produk Samsxxx bisa mengimbangi produk Soxx misalnya. Begitupun bidang otomotif dunia yang selama ini didominasi produk Jepang, Amerika dan Eropah -- bangsa Koreapun tidak mau untuk ikut 'bermain' di pangsa pasar otomotif dunia itu. Lihatlah produk Kxx Motor dan Hyunxxx yang sekarang ini tidak kalah teknologinya dengan negara maju sebelumnya.

Mestinya bangsa INDONESIA punya strategi POLITIK NOMOR DUA ini. Mengapa? Cobalah lihat produk negara mana saja yang tidak masuk ke negara kita. Jangankan pesawat, mobil, komputer, hand phone, buah-buahan, bahkan -- (maaf) -- sampahpun masuk ke negeri ini. Padahal kalau mau meniru apa yang dilakukan Korea mestinya bangsa kita bisa menjadi salah-satu produsen ternama di dunia. Enggak muluk-muluk, cukup fokuskan membuat SEPEDA.Maklumlah, untuk menjadi produsen pesawat atau mobil terbaik di dunia -- setidak-tidaknya kita sudah atau sedang mencoba, namum masih butuh waktu. Mungkin produsen sepeda yang sudah ada seperti Belanda atau China sudah eksis, maka kita akan berusaha menjadi Produsen Sepeda Terbaik  KEDUA setelah Belanda atau China. Karena  itu bila ada gerakan nasional menggunakan sepeda untuk bekerja misalnya, maka betapa banyak anggaran yang bisa dihemat oleh rakyat dan pemerintah!

Bila Jepang saja perlu belajar selama 20 tahun ke Jerman untuk mempelajari bagaimana membuat mobil dengan high presession sehingga bisa menghasilkan mobil yang berkualitas seperti sekarang ini. Maka perlu juga engineer kita belajar bagaimana membuat sepeda dengan kualitas metal dan body yang high presession -- sehingga sepeda INDONESIA itu disamping kuat, ringan, easy to ride, juga ramah lingkungan karena tidak perlu pelumas misalnya.
Lalu brand apakah yang cocok buat nama SEPEDA NASIONAL INDONESIA itu?
Saya usul siapa saja pengusaha nasional yang berminat untuk membuat sepeda nasional kebanggaan Indonesia itu dengan nama Go-West atau Go-East?

Banuayu, 25 Februari 2012

Jumat, 17 Februari 2012

Kunjungan Sang Menteri Perhubungan

Pejabat tinggi negara ke luar negeri...? Itu sudah biasa.
Anggota dewan bepergian ke luar negeri? Ah, itu sudah biasa juga.
Artis atau Pengusaha jalan-jalan ke luar negeri? Ini malah sudah sangat biasa.

Tapi tunggu dulu. Beberapa minggu lalu BBC TV sempat menayangkan adanya kunjungan istimewa dari menteri perhubungan Kamboja ke Kementerian Perhubungan Inggris. Sang Menteri dari Kamboja itu minta 'diajari' membangun infrastruktur dan kemungkinan juga membangun 'system' lalu-lintas ala Inggris di negaranya.Nampaknya kementerian transportasi UK cukup serius menanggapi karena pihak Kamboja siap dengan segala konsekwensi atas komitmen membenahi sistem dan infrastruktur di negara mereka. Kita perlu meniru gaya kunjungan kerja menteri perhubungan Kamboja ini.Mengapa?

Sekitar tahun 1970-an ada beberapa orang delegasi dari kementerian pertanian dan perkebunan Vietnam yang datang ke Indonesia (tepatnya di Lampung).Saat itu mereka sangat serius untuk belajar menanam kopi dengan petani Indonesia. Bahkan di sekitar tahun yang sama beberapa orang engineer dari Petronas juga datang ke Pertamina untuk belajar perminyakan di Indonesia. Sekali lagi, mereka serius belajar dari Indonesia!
Vietnam akhirnya dapat belajar banyak dari petani kopi Indonesia -- bahkan mereka telah menerapkan sistim irigasi pada lahan kopi mereka, sementara itu petani kopi Indonesia masih menerapkan 'jurus lama' mereka dalam bercocok tanam. Petronas belajar dan bekerja keras selepas 'belajar' dari Pertamina. Mereka telah mengembangkan SDM dan teknologi agar Perusahaan Milik Negara itu bisa sejajar dengan negara-negara maju industri perminyakan seperti Amerika dan Inggris. Sekarang mereka telah menjadi investor perminyakan di luar Malaysia, sementara itu 'Sang Guru' telah berhasil mereka lampaui pencapaiannya.

Mungkin bisa dibayangkan bila sang Menteri Perhubungan Kamboja tersebut benar-benar menjalankan komitmennya untuk  membentuk sistem dan infrastruktur ala kota London, siapa tahun beberapa tahun ke depan -- ibu kota dan kota-kota besar di Kamboja akan sejajar dengan kota-kota seperti New York, London, atau Tokyo nantinya!
Ada baiknya bila pejabat kementerian perhubungan kita  juga mau belajar dan meniru sang pejabat dari negara tetangga itu.
Tidak ada kata terlambat untuk kemajuan. Better late than never!

Banuayu, 18 Februari 2012

Mang Tujah

Berikan yang Terbaik untuk Negerimu!

Beberapa tahun lalu ketika bersama keluarga berdarma wisata di kaki Gunung Dempo -- sehabis tea walk di pagi hari, ada acara untuk membeli oleh-oleh. Dari berbagai tawaran yang ada, aku tertarik untuk membeli Teh Asli Gunung Dempo yang sejak aku dilahirkan -- hanya mendengar saja bahwa Gunung Dempo terkenal dengan perkebunan dan hasil tehnya! Hingga saat itu, terus terang belum pernah menikmati apa arti teh kualitas terbaik alias kualitas ekspor. Selama ini ternyata teh yang kami konsumsi -- ternyata kualitas ke sekian dari kualitas yang terbaik.

Menurut informasi bahwa teh kualitas terbaik (nomor satu) selama ini diperuntukkan untuk ekspor  ke manca negara, terutama ke Eropah. Jadi teh yang beredar selama ini di seputaran Gunung Dempo bukanlah kualiltas terbaik? Dan mengapa hal ini bisa terjadi? Sang petugas toko yang kebetulan juga karyawan di perkebunan milik negara itu menjelaskan bahwa teh kualitas terbaik sengaja untuk pasaran ekspor karena harganya mahal, sedangkan bila dijual di dalam negeri harga belinya terjangkau oleh konsumen.

Beberapa dekade lalu pemerintah kita membeli selusin pesawat F-16 dari negeri paman Sam. Menurut beberapa pengamat militer bahwa untuk penjualan pesawat ini, pihak Pentagon biasanya punya kategori kualitas pesawat mereka. Untuk kualitas pertama tentunya untuk kebutuhan dalam negeri mereka sendiri (USAF), kualitas kedua diperuntukkan bagi sekutu mereka (Israel, Inggeris, dan NATO), kualitas ketiga ditujukan kepada negara-negara masih dalam kategori pro Amrik seperti Jepang, Singapura, Filipina, Australia, dan lainnya.

Di negeri ini kejadiannya sangat ironi, industri strategis sekaliber PT DI (dulunya IPTN) yang semestinya sudah memproduksi pesawat N-2150 yang sekelas Boeing 737-200, ternyata keberadaannya 'nyaris tidak terdengar'  lagi. Pada saat pak BJ Habibie menjabat Presiden RI ke 3 tahun 1999 lalu, beliau selalu menyempatkan diri untuk ikut menjadi  Marketer bagi produk PT DI tersebut. Hal tersebut juga dilakukan oleh beberapa orang presiden Amerika terdahulu, tanpa terkecuali presiden Obama  saat ini. Ketika berada di Bali beberapa waktu lalu, sempat Obama menyaksikan MoU pembelian pesawat Boeing oleh salah satu maskapai penerbangan swasta Indonesia. Apa artinya semua ini?

Dengan kata lain bahwa sang pemimpin juga berkewajiban untuk menjual produk negerinya kepada negara lain agar selain produk dikenal luas, tentunya akan memberikan dampak pertumbuhan dan peningkatan devisa bagi negaranya. Suatu produk kualitas terbaik seharusnya harus dijajal 'keberhasilannya' di dalam negeri sendiri. Setelah itu dipakai, diakui kualitasnya, lalu menjadi produk kebanggaan nasional. Ingat, pesawat Boeing yang berseliweran di dunia ini, sebagian besar sudah berseliweran di angkasa Amerika. Karena mayoritas penerbangan nasional dan swasta di negara mereka menggunakan produk Boeing tersebut.

Seandainya visi pak BJ Habibie dulu dijalankan dengan komitmen kebangsaan yang tinggi, saat ini di angkasa Nusantara sudah berseliweran pesawat N 235 bahkan N-2150 untuk menjadi jembatan kemajuan ekonomi dan teknologi negeri ini. Bahkan bila pemimpin negeri ini mau berkomitmen untuk meningkatkan kebanggaan karya anak negeri, maka mobil Nasional bernama Kiat ESEMKA sudah dicanangkan sebagai pilot projek mobnas di seluruh tanah air. Tidak perlu lagi diragukan akan kemampuan anak-anak muda negeri ini. Jangankan hanya mobil, sepeda motor, atau lainnya -- sejarah telah membuktikan bahwa putera puteri terbaik bangsa ini telah berhasil membuat Pesawat Terbang beberapa dekade lalu. Lalu apa yang kurang di negeri ini?
Kurangnya semangat kebersamaan dalam jiwa kebangsaan untuk melakukan yang terbaik bagi negeri ini. Jadi wise words Bung Karno dan John F Kennedy dapat kita sandingkan dengan kondisi kekinian bangsa Indonesia sekarang, yakni:


       "Jangan pernah sekali-kali tidak menanyakan selama sejarah kehidupan kita, karya nyata dan terbaik apakah yang telah saya perbuat untuk negeri tercinta INDONESIA..."

Banuayu, 18 Februari 2012

Inspiring Leaders

Masih ingat slogan bung Karno; Amerika kita seterika. Inggeris kita linggis!
Atau, berikan aku seribu Pemuda, maka akan kupindahkan gunung Krakatau....
Lalu ada slogan teman Bung Karno yakni Jhon F. Kennedy yang mempunyai jargon;" jangan tanya apa yang Negara berikan kepadamu, tapi tanyalah apa yang Kamu berikan kepada Negaramu..."

Lalu, apakah saat ini kita kekurangan slogan dari para pemimpin kita?
Oh, tidak! Justeru kita kebanyakan slogan. Bahkan kita sebenarnya 'kebanjiran' slogan dan spanduk.
Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah slogan itu kurang gagah? Jawabannya sebenarnya karena slogan dilahirkan dari pemimpin yang tidak mempunyai visi dan misi yang 'besar' untuk bangsanya. Jauh sebelum bangsa Amerika menginjakkan kaki di bulan, JFK telah membuat road map bahwa sekian tahun ke depan apa yang harus dilakukan sehingga pada saatnya nanti 'mimpi' manusia menginjakkan kaki di bulan menjadi kenyataan. Dengan kata lain kebanyakan pemimpin sekarang lebih senang "berbicara" daripada "bekerja keras" mewujudkan slogannya tersebut.

Mimpi atau visi tadi hendaklah dibangun atas dasar kepentingan dan kejayaan bangsa, bukan untuk kepentingan sesaat, kelompok, golongan tertentu, atau selama ia menjabat saja. Ketika Walt Disney selesai dibangun, orang berkata alangkah sayangnya si pencetusnya sudah meninggal. Dengan bangga isterinya menjelaskan bahwa suaminya telah 'melihat' hasil karyanya sebelum hasil karya tersebut dibangun.
Pemimpin yang bukan sekedar 'pemimpi' telah membangun bangunan impiannya di alam bawah sadarnya -- jauh sebelum hal tersebut menjadi kenyataan.

Saat ini kita butuh pemimpin yang memilik 'mimpi-mimpi' besar dan dapat diwujudkan secara konkrit untuk kemajuan bangsanya.

Banuayu, 17 Februari 2012

Mang Tujah

Membeli Integritas!

Membeli Integritas!

Lho, kok integritas bisa dibeli?
Apa mungkin hal itu bisa terjadi?
Apapun profesi anda saat ini maka persoalan integritas merupakan persoalan yang mendasar. Bila anda seorang atasan, tentunya mengharapkan bawahan yang mempunyai integritas. Begitu pula sebaliknya, seorang bawahan mengharapkan mempunyai atasan yang berintegritas pula!
Lalu ketika seorang atasan mempunyai bawahan – tentunya ia berharap kinerja bawahan atau institusi yang dipimpinnya akan bagus dan berprestasi. Semakin tinggi integritas bawahan yang dipimpinnya, maka semakin besar peluang untuk mencapai target yang telap ditetapkan. Namun di sisi lain, seorang bawahan juga melihat dan menanti atasannya juga mempunyai integritas yang tinggi. Apakah mungkin suatu target atau kinerja dapat dicapai bila integritas salah satunya (atasan atau bawahan) tidak dimiliki?

Hakekatnya seorang atasan harus ’membeli’ integritas bawahannya. Mengapa. Karena selain tenaga, pikiran, skills serta perasaan -- seorang bawahan telah mempersembahkan semua itu kepada atasan, pemimpin, bahkan negara sekalipun. Beberapa waktu ini di mass media sering terdengar ada tahanan di rutan yang bebas keluar masuk sel tanpa prosedur semestinya. Bahkan ada bandar narkoba yang sudah dalam status terhukumpun masih bisa menjalankan bisnis ilegal tersebut dari dalam penjara.
Aparat hukum lainnya juga mengalami hal sama. Mulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, imigrasi bahkan instansi seperti kehutanan, kelautan, perpajakan -- terlibat dalam hal jual-beli ’integritas’ ini. Indikasinya jelas, seorang nenek mencuri sendal atau piring karena faktor ekonomi, segera diproses oleh aparat hukum ke meja hijau dan segera jatuhi hukuman penjara. Bandingkan dengan seorang koruptor kakap yang telah merampok kekayaan negara ini, dengan terseok-seok bahkan seolah-olah aparat hukum ekstra hati-hati bahkan cenderung memperlambat  proses hukumnya.

Belum pernah terekspose di media massa adanya seorang aparat hukum dengan pangkat yang rendah sekalipun, dengan tegas dan percaya diri bahwa dirinya tidak mau menerima suap karena menurutnya apa yang ia terima dari negara sudah cukup baginya. Tentunya pernyataan seperti ini sangat utopis di tengah hiruk pikuk masyarakat kita yang cenderung materialis dan hedonis saat ini.

Ceritera tentang integritas yang dibeli ini pernah terjadi ketika salah seorang khulafaur Rassydin mendatangi seorang gembala. Ia meminta agar salah seekor domba gembalaannya dapat dibeli. Namun sang gembala itu (masih remaja) mengatakan bahwa ia hanya bertugas mengembalakan domba-domba itu dan bukan untuk menjualnya. Dengan bujuk rayu dan logika, sang Khulafaur Rassydin menyatakan bahwa karena yang ia ingin beli hanya seekor domba, sementara domba-domba yang ia gembalakan berjumlah ratusan – kecil kemungkinan si empunya akan menghitung domba-domba tersebut. Bilang saja ke majikannya bahwa domba yang hilang itu karena tersesat atau dimakan serigala. Akhir ceritera, sang gembala itu tetap menolak untuk menjual domba gembalaannya meskipun diiming-imingi uang. Disamping ia hanya diberikan amanat untuk menggembalakan domba (bukan menjual – red), sang gembala menjelaskan kepada sang Khulafaur Rassydin bahwa seandainya majikannya tidak melihat, maka pasti Allah akan melihat perbuatannya!

Bila atasan tidak ’membeli’ (menerima dan menghargai) integritas bawahannya, maka pihak lain akan melihat hal ini sebagai peluang. Peluang negatif tentunya. Namun semua itu sekali lagi tergantung kepada pribadi kita masing-masing.
 Integritas yang dipunyai seseorang itu tergantung dari self values yang dimilikinya. Namun biasanya pula seorang atasan yang mempunyai integritas tinggi akan diikuti oleh bawahannya. Orang bilang ”Like Father like Son!”
Air pincuran akhirnya sampai ke pelimbahan juga. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari...


Banuayu, 14 Februari 2012

Sabtu, 11 Februari 2012

Jenjang Karir Menuju RI 01

Perebutan tiket menuju RI 01 sudah menggeliat tatkala pillpres 2014 masih menyisakan waktu sekitar dua tahun lagi. Dalam waktu dekat ini akan juga dilakukan pilkada untuk memperebutkan DKI 01. Sebagai provinsi yang juga membawahi pusat pemerintahan (Jakarta - red) tentunya tingkat kesulitan dan tentunya gengsi akan membedakan kepala Dati I lainnya di Indonesia. Para kandidatpun sudah mulai bermunculan, baik dari independen maupun dari partai atau gabungan partai tentunya.

Statistik sejarah menunjukkan bahwa orang yang 'berani' mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres biasanya orang yang sudah berpengalaman di pemerintahan (Pusat/Kabinet) dan tentunya dicalonkan oleh partai atau gabungan partai yang memiliki perolehan suara yang mencukupi sebagaimana aturan perundang-undangan yang berlaku. Akan muncul sikap skeptis bila ada diantara para calon tersebut bukan dari tokoh nasional atau orang yang pernah terjun ke dunia perpolitikan skala nasional (orang pusat - red). Maklumlah, beberapa pengamat mengatakan bahwa bila ada tokoh daerah yang 'berani' muncul untuk menjadi pemimpin nasional belumlah 'teruji' bila ybs belum pernah berkiprah di tingkat nasional atau pusat tadi. Bahasa gamblangnya pejabat daerah tersebut barulah jago kandang kecil (daerah - red) dan belum jago kandang beneran (pusat -red).

Sejak era reformasi tahun 1998 lalu, ada harapan pola rekruitmen pemimpin nasional kita akan mengikuti apa yang terjadi di Amerika Serikat. Sudah jamak bahwa presiden incumbent Amerika tentunya akan berusaha untuk dapat menjabat 2 kali periode kepresidennya. Partai oposisi (Republik atau Demokrat) tentunya akan mempersiapkan kandidat calon presiden USA berikutnya yang terdiri dari tokoh berpengaruh yang mempunyai elektabilitas tinggi di mata rakyat agar dapat mendulang suara terbanyak dalam pilpres tersebut. Para kandidat terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh partai, mantan pejabat militer, pengusaha, atau gubernur dari negara bagian tertentu. Saat ini kita telah memiliki 32 provinsi. Anggap saja 10 % dari para gubernur atau walikota tadi mempunyai prestasi spektakuler dan rekam jejak karir yang baik, maka setidaknya dalam pilpres tersebut sudah ada 3 atau 4 orang kandidat dari daerah (provinsi) yang akan bertarung menjadi pejabat nasional atau pusat menuju titik RI 01. Namun sejak pilpres 1999 lalu, hal tersebut tidak pernah terjadi. Padahal ada beberapa pejabat daearah (bupati/walikota atau gubernur) yang berprestasi di daerahnya masing-masing. Mulai dari berhasil memberantas korupsi, meningkatkan taraf hidup rakyat, bahkan memulai pembangunan industri berskala nasional.

The Power of  Pak RT

Kalau dibreakdown lebih dalam lagi, kita memiliki ratusan bupati dan walikota. Ribuan Camat dan Kepala Desa. Bahkan puluhan ribu pak er te. Pak er te merupakan jenjang terendah di pemerintahan untuk jabatan publik. Tapi keberadaan pak er te ibarat kumpulan atom-atom yang membentuk suatu fusi pemerintahan negeri ini. Adakah terjadi money politics dalam pemilihan pak er te di masing-masing tempat tinggal kita? Kalaupun ada, pastilah tidak mungkin mencapai angka ratusan juga atau milyaran Rupiah!
Jadi mestinya jenjang untuk menjadi RI 01 dimulai dari jenjang paling bawah yakni tingkat er te. Bila seorang  
er te berhasil, maka besar kemungkinan ia akan berhasil memimpin er we, kelurahan bahkan kecamatan. Seorang Camat yang berhasil, kemungkinan akan berhasil pula memimpin suatu kabupaten atau kota. Begitu pula seorang Bupati/Walikota yang berhasil, akan besar memimpin suatu provinsi tentunya. Dan tentunya seorang Gubernur yang berhasil di daerah yang dipimpinnya, besar kemungkinan bila diberikan kesempatan untuk dapat berhasil memimpin negeri ini secara nasional.

Seorang mantan pak er te pernah memprediksi bahwa daripada tim sukses capres/cawapres melakukan money politics, lebih baik mencari 'tahu' apa yang diinginkan oleh seluruh warga er te di seluruh Indonesia untuk kemajuan daerah dikemudian hari. Masih perlukah money politics? Dengan senyum tipis sang mantan er te tadi mengatakan bahwa pak er te sudah tahu warganya yang mau disogok atau tidak dengan money politics. Kurang percaya? Silakan ditanyakan langsung ke pak er te di kediaman masing-masing.

Kota Nanas, 12 Februari 2012


Mang Tujah

Jumat, 03 Februari 2012

Menuju The Great Indonesia

Dear Blogger-wan/wati seantero Dunia,                        

Pernahkah Anda membayangkan ada suatu negeri yang di dunia ini yang memiliki lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau, 220 juta penduduk, dan 200 etnis dan bahasa? Belum cukup di situ saja. Ada lagi 100-san (ratusan) mineral dan bahan tambang yang merupakan kekayaan milik rakyat yang masih tersimpan di perut Bumi Pertiwi.

Jauh sebelum negeri ini lahir, seorang maestro bernama WR Supratman telah mempersiapkan kidung  kebangsaan yang berjudul INDONESIA RAYA. Setelah memperoleh kebebasan dari sang Penjajah, negeri ini juga telah dilengkapi dengan dasar negera yang bernama PANCASILA. Namun seiring dengan waktu, gaung dan roh keduanya semakin pudar. INDONESIA RAYA hanya terdengar ketika ada acara resmi atau penyerahan medali bagi atlet yang memperoleh medali. PANCASILA juga tidak bernasib baik seperti INDONESIA RAYA. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Apakah INDONESIA RAYA dan PANCASILA itu merupakan masa lalu bangsa ini dan tidak perlu dibahas lagi?
Atau apakah ada yang salah dalam memakmanai kekinian terhadap keduanya?
Lalu siapakah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan values INDONESIA RAYA dan PANCASILA di negeri tercinta bernama INDONESIA ini?
Blog ini dibuat untuk menjadi penyambung lidah rakyat yang rindu akan bangkitnya INDONESIA RAYA.Sudah semestinya Indonesia berdiri dan sejajar dengan UK (United Kingdom) atau USA. Apa yang tidak ada di negeri ini? Mulai dari natural resources, apalagi human resources sudah kita punyai. Lalu apa yang menjadi kendalanya?

Mari dan silakan para Blogger-wan/wati seantero Dunia yang masih peduli dan sayang terhadap bangsa ini agar bersama-sama unjuk ide dan motivasi sesama anak bangsa. Tiada niatan selain berharap agar suatu saat nanti 'SINGA' yang bernama INDONESIA itu tidak 'TIDUR' lelap dalam peraduannya.

Sekedar info saja (common sense) bahwa singa (beneran - red) yang lagi tidur saja, sudah merupakan 'ancaman' bagi siapa saja (tak terkecuali manusia). Apalagi bila benar-benar singa itu bangun dan menjalankan aktivitas kehidupan secara normal.

Dengan kondisi stagnant saja, INDONESIA barangkali sudah 'ditakuti' oleh negeri lain. Bagaimana seandainya INDONESIA bangkit dari 'tidur' panjangnya?

Ditunggu respon rekans semua.

Banuayu, 04 Februari 2012

Salam,

Mang Tujah