Minggu, 09 September 2012

Chairul Tanjung for Candidate of President 2014 (?)


Tahun 2014 masih menyisakan waktu sekitar 2 (dua) tahun lagi. Para politisi, pengusaha, militer dan mantan pejabat tinggi negara sudah pasang kuda-kuda untuk menuju RI 1. Para analis memperkirakan bahwa untuk calon presiden RI tahun 2014 nanti, ada diantaranya berasal dari kaum pengusaha. Di sisi lain ada tulisan yang menyatakan bahwa era tahun 2014 nanti adalah Entrepreneurial Government secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan yang memiliki watak kewirausahaan atau menganut asas entrepreneurshipdalam menjalankan roda pemerintahan.

Secara garis besar bahwa negeri ini setidaknya sudah menganut 3 (tiga) sistem pemerintahan yakni:

Pertama, periode 1945-1967 era Presiden Soekarno yang menitikberatkan pada pembangunan sikap nasionalisme kepada seluruh rakyatnya. Sikap nasionalisme saat itu sangat diperlukan karena bangsa yang baru merdeka ini masih rentan dari kembalinya sang kolonialis yang masih berpeluang untuk memecah belah dan menjajah kembali bangsa ini. Di dalam negeri masih terdapat berbagai persoalan kebangsaan dan kedaerahan yang harus diselesaikan. Sementara itu dari sisi ekonomi dan infrastruktur masih belum memadai. Namun sang Presiden setidaknya telah menunjukkan suatu tekad dan keinginan untuk menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan di dunia internasional.

Kedua, periode tahun 1968-1998 era Presiden Soeharto yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Sayangnya estafet dari Soekarno dan Soeharto tidaklah berlangsung mulus. Akibatnya era pembangunan nasionalisme menuju pembangunan ekonomi dan infrastruktur bukanlah saling melengkapi tapi seakan terpisahkan. Namun pencapaian era Soeharto terlihat dengan stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik daripada era sebelumnya. Era Soekarno dikenal dengan Demokrasi Terpimpin, maka era Soeharto identik dengan era Ekonomi Terpimpin. Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi -- namun  tidak terdistribusi merata ke seluruh wilayah dan golongan. Sama seperti Presiden Soekarno, era Soeharto juga melahirkan era kultus individu dan anti regenerasi. Padahal demokrasi mensyaratkan pergantian pucuk kepemimpinan nasional paling lama dipegang oleh seorang presiden selama 10 (sepuluh) tahun. Kepemimpinan dua priode kali berturut-turut juga mensyaratkan prestasi yang gemilang untuk bangsa dan negara selama 5 tahun kepemimpinannya itu.

Ketiga, periode 1999 sampai sekarang. Era BJ Habibie telah melahirkan kebebasan pers, otonomi daerah dan era demokratisasi menyeluruh kepada seluruh bangsa Indonesia. Era Reformasi selanjutnya dipegang oleh Presiden Abdurahaman Wahid, Megawati Soekarno Puteri dan Susilo Bambang Yudoyono yang telah memimpin pemerintahan selama 2 (dua) periode. Tahun 2014 nanti merupakan periode akhir kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dalam kepemimpinan presiden SBY. Era BJ Habiibie hingga SBY saat ini dapat dikatakan sebagai era menuju Nasionalisme Ekonomi Terpadu. Mengapa Terpadu? Sejarah telah membuktikan bahwa pembangunan demokrasi dan ekonomi tidaklah boleh terlalu diatur dan terpusat dalam suatu rezim saja. Tugas pemimpin adalah bagaimana memberikan motivasi, strategi dan tindakan nyata agar seluruh potensi anak negeri dapat muncul dengan prestasi gemilang. Dikotomi pemimpin antara sipil versus militer, Jawa dan luar Jawa, Birokrat versus Pengusaha -- sudah seharusnya diakhiri. Rakyat Indonesia sudah cerdas dan sudah dapat memilih dan menentukan sendiri mana pemimpin loyang atau besi. Mana pemimpin yang loyalitas dan integritasnya untuk negeri atau dirinya sendiri. Mana pemimpin yang percaya diri atau yang berani mengambil resiko (risk taker).

Dalam suatu film dokumenter tentang keberhasilan tim Barack Obama dalam pemilihan presiden AS adalah bagaimana penggalangan visidan misi seorang kandidat presiden dari partai demokrat itu telah dimulai selama 2 (dua) tahun sebelum President Election dimulai. Seorang Barack Obama telah mengunjungi negara bagian demi negara bagian untuk menyampaikan visi dan misinya seandainya ia terpilih menjadi seorang presiden AS nantinya. Di Indonesia ada 'kecurigaan' bila ada pejabat publik yang masih menjabat -- tiba-tiba mengadakan perjalanan ke daerah (safari - red). Pertanyaannya adalah apakah pejabat tersebut cuti di luar tanggungan negara dan bagaimana pembiayaan perjalanan tersebut didanai oleh dana APBD/APBN atau tidak? Adalah positif bila seorang Chairul Tanjung seandainya berminat untuk menuju RI (road to RI 01) bila dapat melakukannya sekarang juga. Mengapa? Sebagai seorang pengusaha tidak terikat dengan waktu dan fasilitas negara. Seandainya mengunjungi sekolah atau kampus, pasar-pasar, pesantren, LSM, kaum veteran, asosiasi pengusaha, mantan pejabat negara untuk dapat menyampaikan kembali Visi Indonesia 2030 yang terdiri 4 (empat) pilar yakni:

  1. Pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan;
  2. Mendorong supaya Indonesia masuk dlam 5 (lima) besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita 18.000 dolar AS per tahun;
  3. Perwujudan kualitas hidup modern yang merata;
  4. Sedikitnya 30 (tiga puluh) perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune 500 Companies.
Saatnya bung Chairul Tanjung untuk maju dan memajukan bangsa ini dalam konteks politik. Seorang Mahathir Muhammad mengatakan bahwa untuk mengubah suatu bangsa tidak cukup dengan tulisan, seruan atau menjadi orang kaya saja. Anda perlu menjadi seorang Political Maker yang membuat kebijakan dengan otoritas yang dimilikinya sehingga dapat mewujudkan apa dipikirkannya selama ini. So, kalau bukan sekarang kapan lagi. Kalau bukan Bung Chairul Tanjung, siapa lagi?

Sumber: Chairul Tanjung si Anak Singkong (Penerbit Buku Kompas, Juni 2012)
                Warta Ekonomi Co.Id (09 September 2012)