Bagian Ketiga
Pepatah
China mengatakan “Bila Ingin Lepas dari
Kemiskinan, maka Bangunlah Jalan!” Saat ini pembangunan infrastruktur
merupakan keniscayaan. Hampir tidak ada Negara yang berangsur makmur tanpa
dibarengi dengan pembangunan infrastruktur, terutama jalan. Bila diibaratkan
tubuh manusia, maka jalan tak obahnya seperti urat nadi peredaran darah. Salah
satu handicap rendahnya daya saing produk kita di luar negeri karena factor
harga dan kecepatan distribusi barang dan jasa. Ada guyonan bahwa apel dari
Malang harganya hanya lebih murah lima ribuan saja dibandingkan dengan
Washington apple yang diimpor dari Amerika. Selisih harga 5 ribuan itu dengan
perbandingan tampilan yang mencolok baik dari segi packaging, rasa dan kualitas pasca panen. Hebatnya lagi selisih
harga tersebut juga sangat mencolok dari segi transportasinya. Apel Malang
diangkut pakai truk atau kereta api menuju Jakarta atau kota lainnya di
Indonesia, sedangkan apel Washington dari perkebunannya langsung dibawa ke
bandara selanjutnya naik pesawat cargo boeing menuju Indonesia. Suatu kisah
‘perjalanan apel’ yang membedakan harga jual berikutnya bagi si apel Amerika
itu.
Strategi
China untuk mengundang high class
investor untuk berinvestasi di China, sementara itu di sisi lain mereka
memberikan kemudahan bagi investor dalam negeri menanamkan investasi ke
Negara-negara potensial untuk mendatangkan keuntungan berlipat sekaligus
mendukung penyediaan bahan baku atau energy untuk industry China sendiri.
Strategy ini dapat dikatakan sebagai Pull and Push Investment Strategy.
Bagi investor asing yang masuk, pihak China sangat selektif dan memberikan
persyaratan yang ‘menguntungkan’ rakyat China. Penekanan terhadap
‘syarat-syarat’ ini merupakan strategy untuk dapat memfilter investor yang
benar-benar memberikan gain yang signifikan bagi China. Sementara itu dorongan
akan diberikan sepenuhnya bagi siapa saja warga China yang mau menanamkan
investasinya ke luar negeri. Salah satu strategi yang dilakukan yaitu komposisi 30% untuk kerjasama dengan
investor dalam negeri bidang engineering
(struktur dan desain), keuangan (financing)
dan tentunya SDM. Dengan strategi 30% ini maka sebenarnya China secara otomatis
telah mencanangkan learning by doing
terhadap industry apa saja yang masuk ke China. Dalam jangka relative singkat –
seandainya sang investor harus hengkang dari China – modal 30% tadi telah dapat
melanjutkan atau bahkan membeli industry yang sudah mereka tanamkan di China.
Ketika
ada kunjungan anggota DPR RI Pusat ke Sumatera Selatan yang meninjau industry
pulp beberapa waktu lalu, salah seorang anggota dewan memberikan motivasi agar
direksi perusahaan yang asli orang Indonesia – hendaknya memperhatikan betul
tentang kompetensi dan pelatihan bagi karyawannya. Modal dan system boleh
dikuasai oleh investor asing, namun bagaimana system itu berjalan dan
dijalankan tentunya orang (karyawan) Indonesia-lah yang lebih tahu. Bila
sewaktu-waktu si investor hengkang dari Indonesia, maka bermodalkan SDM yang
sudah well trained dan tahu
seluk-beluk menjalankan industry ini – tidak tertutup kemungkinan kita bisa
menjadi tuan di negeri sendiri – meskipun pada industry yang high capital atau high-tech sekalipun!
Banuayu,
22 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar