Sabtu, 11 Februari 2012

Jenjang Karir Menuju RI 01

Perebutan tiket menuju RI 01 sudah menggeliat tatkala pillpres 2014 masih menyisakan waktu sekitar dua tahun lagi. Dalam waktu dekat ini akan juga dilakukan pilkada untuk memperebutkan DKI 01. Sebagai provinsi yang juga membawahi pusat pemerintahan (Jakarta - red) tentunya tingkat kesulitan dan tentunya gengsi akan membedakan kepala Dati I lainnya di Indonesia. Para kandidatpun sudah mulai bermunculan, baik dari independen maupun dari partai atau gabungan partai tentunya.

Statistik sejarah menunjukkan bahwa orang yang 'berani' mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres biasanya orang yang sudah berpengalaman di pemerintahan (Pusat/Kabinet) dan tentunya dicalonkan oleh partai atau gabungan partai yang memiliki perolehan suara yang mencukupi sebagaimana aturan perundang-undangan yang berlaku. Akan muncul sikap skeptis bila ada diantara para calon tersebut bukan dari tokoh nasional atau orang yang pernah terjun ke dunia perpolitikan skala nasional (orang pusat - red). Maklumlah, beberapa pengamat mengatakan bahwa bila ada tokoh daerah yang 'berani' muncul untuk menjadi pemimpin nasional belumlah 'teruji' bila ybs belum pernah berkiprah di tingkat nasional atau pusat tadi. Bahasa gamblangnya pejabat daerah tersebut barulah jago kandang kecil (daerah - red) dan belum jago kandang beneran (pusat -red).

Sejak era reformasi tahun 1998 lalu, ada harapan pola rekruitmen pemimpin nasional kita akan mengikuti apa yang terjadi di Amerika Serikat. Sudah jamak bahwa presiden incumbent Amerika tentunya akan berusaha untuk dapat menjabat 2 kali periode kepresidennya. Partai oposisi (Republik atau Demokrat) tentunya akan mempersiapkan kandidat calon presiden USA berikutnya yang terdiri dari tokoh berpengaruh yang mempunyai elektabilitas tinggi di mata rakyat agar dapat mendulang suara terbanyak dalam pilpres tersebut. Para kandidat terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh partai, mantan pejabat militer, pengusaha, atau gubernur dari negara bagian tertentu. Saat ini kita telah memiliki 32 provinsi. Anggap saja 10 % dari para gubernur atau walikota tadi mempunyai prestasi spektakuler dan rekam jejak karir yang baik, maka setidaknya dalam pilpres tersebut sudah ada 3 atau 4 orang kandidat dari daerah (provinsi) yang akan bertarung menjadi pejabat nasional atau pusat menuju titik RI 01. Namun sejak pilpres 1999 lalu, hal tersebut tidak pernah terjadi. Padahal ada beberapa pejabat daearah (bupati/walikota atau gubernur) yang berprestasi di daerahnya masing-masing. Mulai dari berhasil memberantas korupsi, meningkatkan taraf hidup rakyat, bahkan memulai pembangunan industri berskala nasional.

The Power of  Pak RT

Kalau dibreakdown lebih dalam lagi, kita memiliki ratusan bupati dan walikota. Ribuan Camat dan Kepala Desa. Bahkan puluhan ribu pak er te. Pak er te merupakan jenjang terendah di pemerintahan untuk jabatan publik. Tapi keberadaan pak er te ibarat kumpulan atom-atom yang membentuk suatu fusi pemerintahan negeri ini. Adakah terjadi money politics dalam pemilihan pak er te di masing-masing tempat tinggal kita? Kalaupun ada, pastilah tidak mungkin mencapai angka ratusan juga atau milyaran Rupiah!
Jadi mestinya jenjang untuk menjadi RI 01 dimulai dari jenjang paling bawah yakni tingkat er te. Bila seorang  
er te berhasil, maka besar kemungkinan ia akan berhasil memimpin er we, kelurahan bahkan kecamatan. Seorang Camat yang berhasil, kemungkinan akan berhasil pula memimpin suatu kabupaten atau kota. Begitu pula seorang Bupati/Walikota yang berhasil, akan besar memimpin suatu provinsi tentunya. Dan tentunya seorang Gubernur yang berhasil di daerah yang dipimpinnya, besar kemungkinan bila diberikan kesempatan untuk dapat berhasil memimpin negeri ini secara nasional.

Seorang mantan pak er te pernah memprediksi bahwa daripada tim sukses capres/cawapres melakukan money politics, lebih baik mencari 'tahu' apa yang diinginkan oleh seluruh warga er te di seluruh Indonesia untuk kemajuan daerah dikemudian hari. Masih perlukah money politics? Dengan senyum tipis sang mantan er te tadi mengatakan bahwa pak er te sudah tahu warganya yang mau disogok atau tidak dengan money politics. Kurang percaya? Silakan ditanyakan langsung ke pak er te di kediaman masing-masing.

Kota Nanas, 12 Februari 2012


Mang Tujah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar