Adalah
hal yang memperihatinkan ketika seluruh anak bangsa memimpikan Timnas Sepak
Bola Indonesia dapat menjadi
tuan di negeri sendiri, di Asia Tenggara, bahkan di tingkat Asia
– justru yang didapat malah kondisi persepakbolaan nasional yang kian terpuruk.
Hanya saja kita selama ini seolah-olah ‘terpasung’ oleh kepengurusan PSSI yang
hingga saat ini belum mampu ‘mengurus dirinya sendiri!’
Dari
berbagai perkembangan negara di Asia yang
sekarang ini sudah mulai bangkit persepakbolaan mereka yaitu Korea Selatan dan
Jepang. Kedua negara industri Asia tersebut
telah menunjukkan kepada dunia bahwa sepak bola sebenarnya merupakan hasil
‘manajemen negara’ untuk menghasilkan tim sepak bola yang sukses. ‘Manejemen
Negara’ di sini maksudnya adalah bahwa negara memberikan peluang yang
seluas-luasnya kepada pihak pemilik dan pengelola persepak bolaan untuk dapat
berlatih dan bertanding (kompetisi) yang bermutu – sehingga menghasilkan pemain
dan keuntungan dari setiap pertandingan yang dilakukan. Bahkan di negara-negara
yang manajemen persepakbolaannya sudah sedemikan majunya, sehingga sepak bola
bisa dijadikan ajang pariwisata dan devisa bagi negara. Lihatlah betapa klub
seperti Real Madrid di Spanyol yang memiliki fans di luar kota bahkan negara
Spanyol. Para fans sepak bola itu berdatangan dari berbagai penjuru Eropah
bahkan dari seluruh dunia. Dapat dibayangkan betapa fans-fans internasional
tersebut akan datang, menginap dan berbelanja dimana klub sepak bola itu
bertanding.
Untuk
saat ini kita tidak perlu bermimpi terlalu jauh bahwa klub-klub sepak bola di
Republik ini bakal digemari oleh fans di luar Indonesia. Yang perlu dibenahi
adalah bagaimana kelak kita mempersiapkan timnas sepak bola yang berkaliber
Internasional. Dari catatan para juara sepak bola dunia, dapat disimpulkan
bahwa untuk mencetak pemain sepak bola kelas dunia tentunya harus punya ‘bibit’
kelas dunia pula. Sarana dan prasarana kelas dunia, bahkan pelatihnyapun harus
kelas dunia pula!
Ada pengamat sepak bola mengatakan bahwa banyaknya jumlah
penduduk tidak identik dengan tim sepak bola yang hebat. Sebagai contoh India dan China yang penduduknya terbesar di
dunia, hingga saat ini prestasi sepak bola mereka masih belum diperhitungkan di
tingkat dunia. Lalu apa yang dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia yang
berpenduduk terbesar ke-lima di dunia? Menurut catatan, bahwa provinsi yang ada
di Indonesia
saat ini berjumlah 33 (tiga puluh tiga) provinsi. Andaikan saja setiap provinsi
mengirimkan putera terbaiknya (tinggi
minimal 180 cm, berbadan sehat, ber IQ di atas rata-rata) dan mereka diberikan pendidikan sepak bola
dengan fasilitas dan coach
sertifikasi internasional, berikut kompetisi yang berkesinambungan—maka bukan
hal yang tidak mungkin timnas sepak bola Indonesia yang menjadi tim yang
diperhitungkan di tingkat regional dan internasional. Saat ini disamping
Jakarta, Bandung, Palembang dan Samarinda yang telah mempunyai stadion bertaraf
internasional, maka daerah lainnya juga harus melakukan hal yang sama untuk
dapat membangun sarana dan prasarana olah raga tingkat dunia. Andaikan saja
dari ke 33 provinsi tersebut telah menitipkan putera terbaiknya, maka
setidak-tidaknya kita telah punya 2
TIMNAS sepak bola yang dapat diandalkan. Setiap pemainnya akan memakai
kostum Garuda berikut logo darimana ia berasal. Kenapa logo daerah diperlukan?
Hal ini menunjukkan bahwa ketika ia menjadi timnas, sebenarnya ia merupakan
duta sepak bola terbaik dari daerahnya. Jadi dari skills, mental dan attitudenya
harus benar-benar dijaga. Apalagi kalau yang dibelanya sekarang adalah
negaranya.
Dan
yang paling penting dari lapangan sepak bola, telah banyak melahirkan para
milyarder baru! Untuk itu tugas PSSI adalah bagaimana menjadikan putera-putera
terbaik bangsa ini menjadi pemain yang mempunyai fisik yang standar dunia,
sarana dan pelatih tingkat dunia, dan kompetisi tingkat dunia pula. Semua itu
tentunya harus dimulai dari pembenahan organisasinya dulu. Better late than never…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar