Senin, 29 Juli 2013

Penghambat Kemajuan Bangsa #01"Memelihara Masalah"






Dalam suatu tajuk suatu harian nasional yang berjudul "Proyek Abadi Jalur Pantura" -- seakan mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa pekerjaan yang sering kita lihat bertahun-tahun tanpa penyelesaian yang tuntas merupakan penghambat kemajuan bangsa ini. Kabarnya, KPK sudah mulai menelisik kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dana negara untuk pekerjaan yang dikategorikan sebagai 'proyek abadi' tersebut. Bahkan ada anekdot; jikalau ada pekerjaan perbaikan jalur pantura -- pastilah sudah mendekati lebaran! Hal ini dapat dimaklumi karena hampir di seluruh pelosok negeri, apabila mendekat saat lebaran Idul Fitri yang sebelumnya merupakan bulan puasa Ramadan -- saat itulah pihak yang berkompeten mengurus perbaikan jalan dan prasarana. Akibatnya lalu-lintas menjadi terhambat dan jalanan macet. Fenomena seperti ini seolah-olah sudah 'tradisi' yang harus dibayar mahal oleh rakyat. Berapa BBM yang dihabiskan selama kemacetan berlangsung, belum lagi banyak kecelakaan lalu-lintas dikarenakan jalan berlubang yang belum sempat diperbaiki. Menurut salah seorang pejabat terkait mengatakan bahwa apakah mungkin pekerjaan perbaikan yang praktis hanya memakan waktu selama 14 (empat belas) hari atau 2 (minggu) tersebut akan tuntas? Lalu bagaimana dengan mutu pekerjaan itu sendiri? Siapakah yang bertanggung jawab terhadap mutunya?

Beberapa hari lalu (24/07) ada truk yang nyemplung ke laut saat keluar dari kapal penyeberangan antara Merak-Bakauheni. Penyebab sementara diketahui bahwa kualitas proyek dermaga tersebut di bawah standar sehingga meskipun baru saja diselesaikan, ternyata kualitasnya sangat bobrok. Untung saja sang pengemudi truk tersebut sempat diselamatkan. Adalah sangat disayangkan apabila proyek perbaikan yang konon kabarnya menelan biaya milyaran bahkan triliunan Rupiah (sekitar 1.2 Triliun Rupiah) pertahunnnya tersebut dilakukan asal-asalan dan tidak memiliki standar mutu dan waktu yang semestinya. Seharusnya pula pihak terkait sudah mempersiapkan perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, dan sarana pendukungnya (bus, kereta api, kapal penyeberangan, dan pesawat) -- sudah dapat diprediksi setiap tahunnya berapa orang yang mudik dan berapa prosen kenaikannya. Dari data statistik tersebut maka pihak pemerintah melalui aparat terkait akan dapat mempersiapkan sarana dan prasarana tersebut dengan lebih baik. Mengapa? Sebab selama ini pihak pemerintah seolah-olah tidak memiliki time management dalam menuntaskan persoalan mudik atau kemacetan selama mudik berlangsung. Kalaupun ada keluhan bahwa anggaran perbaikan baru muncul menjelang saat lebaran atau hal-hal lainnya, mestinya hal tersebut dapat diantisipasi dari awal. Bila saja pemerintah juga melibatkan masyarakat dalam mengawasi jalannya proyek tersebut dengan memberikan transparansi berapa biaya yang telah dikeluarkan dengan mempublikasikan kepada rakyat, diharapkan akan terjadi social control terhadap kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dalam pelaksanaannya.Salah satu indikasi sebagai negara modern adalah clean government dan accountability para penyelenggara negara dalam mengelola anggaran publik.

Melibatkan berbagai pihak seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, cendekiawan, mahasiswa, dan tentunya KPK dalam hal mengawasi pelaksanaan proyek untuk kepentingan umum sudah selayaknya dimulai. Dengan melibatkan para pihak ini, diharapkan ruang lingkup terjadinya KKN akan berkurang ruang geraknya. Penggunaan IT dan media internet sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Wagub DKI yang mengunggah rapat pihak pemda DKI (PU) dengan wagub di you tube -- merupakan terobosan untuk transparansi. Tidak ada yang perlu disembunyikan demi kebaikan kita bersama. Saatnya bangsa ini menghilangkan budaya 'memelihara masalah'. Karena dengan memelihara masalah akan banyak timbul in-efisiensi dan peluang KKN antar penyelenggaranya. Semakin ditunda penyelesaiannya suatu masalah, semakin besar biaya yang akan ditanggung oleh rakyat kita...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar