Rabu, 10 April 2013

Merubah Mindset Bangsa; Menjadikan Masalah sebagai Peluang

Saat beberapa kota besar di negeri ini pusing bagaimana mencari lokasi untuk pembuangan sampah (TPA) -- ada persoalan masyarakat di sekitar TPA yang menolaknya. Alasan kerusakan lingkungan dan kesehatan merupakan alasan utama masyarakat yang menolak keberadaan tempat penampungan atau pengolahan sampah tersebut. Tapi bangsa Norwegia bisa membuat power plant yang bahan bakunya dari sampah. Bahkan di Amerika ada seorang menjadi milyuner hanya dengan mengelola sampah (waste management). Keberadaan pembangkit listrik tersebut disamping bisa mengurangi volume sampah dalam negeri, juga membuka peluang impor sampah dari negara tetangganya. Keberadaan Power Plant itu sendiri juga mendatangkan manfaat karena menghasilkan energi listrik yang cukup besar.

Beberapa waktu lalu ada seorang ibu di Pulau Buru yang mempunyai home industry yang menghasilkan gas  dari kotoran sapi. Menurutnya, minimal setiap orang punya 2 (dua) ekor sapi saja, maka akan dapat mencukupi kebutuhan gas elpiji untuk 1 (satu) hari. Kotoran sapi juga bisa untuk pupuk organik bagi pertanian disamping menghasilkan gas. Begitu juga dengan sisa daun yang dapat diolah kembali menjadi bahan untuk pembuatan sejenis fiber kayu.

Swedia merupakan negara penghasil olahan cokelat terbesar di dunia. Sama halnya Jerman yang merupakan negara pengekspor hasil olahan kopi terbesar di dunia. Adakah kedua negara itu memiliki pohon cokelat atau kopi? Tak sebatangpun! Tapi dengan kreativitas dan teknologi yang mereka miliki -- negara mereka bisa menjadi makmur dengan mengolah bahan baku menjadi barang jadi dari negara-negara agraris yang menghasilkan cokelat dan kopi seperti Indonesia. Namun apa yang dialami oleh para petani kopi dan kakao di negeri kita? Kehidupan mereka tidak lebih baik daripada negara yang tidak memiliki pohon atau kebunnya sekalipun!

Sama halnya dengan hasil pertanian dan perkebunan, migas dan pertambangan di negeri ini masih merupakan industri 'primitif' karena masih berkutat mengekspor bahan mentah ke negara industri maju. Lihatlah betapa ada kontrak penjualan gas selama 30 tahun dengan harga yang tidak ada perubahan. Atau ada pertambangan di Irian Jaya yang hasil tambangnya tidak saja bahan tambang yang ada di dalam kontraknya saja yang ikut dibawa ke negara pemilik tambang tersebut. Kalau sudah begini, siapa yang paling bertanggung jawab untuk membenahinya? Jawaban utamanya adalah pemimpin tertinggi di republik ini. Bagaimana agar kita bisa mendapatkan pemimpin yang bisa menciptakan peluang diantara sekian banyak permasalahan yang menghimpit bangsa ini? Jawaban berikutnya adalah cari dan pilihlah para wakil rakyat yang kelak dapat menjadi penyambung lidah rakyat agar dapat memilih salah seorang pemimpin terbaik diantara calon pemimpin yang baik lainnya. Jadi sebaiknya hindari sikap apatis atau memilih golput saat terjadinya pemilihan legislatif atau pilpres mendatang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar