Jumat, 15 Juni 2012

Pemimpin Dadakan


Dalam istilah kepemimpinan dikenal dua sistem rekruitmen yakni pemimipin yang dilahirkan (leader was born) atau pemimpin yang diciptakan (leader was made). Namun saat ini kedua pola tersebut nampaknya akan tergerus dengan tampilnya pola kepemimpinan baru yakni pemimpin dadakan (a sudden leader). Kenapa pemimpin dadakan ini lahir? Adapun pemimpin dadakan ini lahir karena jalur untuk menjadi pemimpin selama ini haruslah formal (baik pendidikan atau partai politik) atau jalur singkat (shorcut) yakni pemimpin yang karena kekuatan finansialnya bisa 'membeli' suara dari konstituennya. Akan halnya pemimpin dadakan bisa jadi bukan karena kekuatan jalur formal atau finansial, namun karena sesuatu dan lain hal -- akhirnya ia muncul sebagai pemimpin alternatif dibandingkan dengan  output pemimpin yang selama ini ada (jalur konvensional yakni partai politik atau pemerintahan).

Pemimpin dadakan ini biasanya lebih tegas, lugas, dan tidak banyak basa basi. Ia tidak peduli apakah yang ia lakukan tersebut telah 'menabrak' aturan atau tidak. Yang penting baginya adalah persoalan dapat diselesaikan dengan segera. Sebab bukan berita baru bila ada pemimpin mulai dari bupati/walikota, gubernur hingga presiden yang bila ditanya terhadap persoalan yang ada -- selalu 'tengok kiri-kanan' alias membandingkan apa yang telah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya dengan apa yang hendak dilakukan ke depan. Biasanya, ia akan menjadi the Good Promised (Pemberi Janji yang Baik) sebelum ia terpilih, dan akan menjadi the Good Excused (Pemberi Alasan yang Baik) bila dalam kepemimpinannya ia tidak berhasil membuktikan janji-janjinya. 

Yang perlu diwaspadai dengan fenomena pemimpin dadakan tersebut adalah apakah kehadirannya tersebut karena direkayasa secara sistemik atau memang karena stock pemimpin yang ada tidak dapat mengakomodir kebutuhan rakyat akan pemimpin yang dapat memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi rakyat! Bahasa gamblangnya bila seseorang diangkat menjadi pemimpin lokal atau nasional adalaha bagaimana di daerah yang dipimpinnya tersebut tidak ada yang kelaparan (termasuk pengangguran), tidak ada anak sekolah yang tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan), dan tidak ada yang sakit yang tidak mampu berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Boleh jadi ini termasuk job desk dasar bagi siapapun pemimpin yang akan dipilih rakyat sebagai pemimpin mereka.

Namun kehadiran pemimpin dadakan ini dapat dieliminir apabila setiap produsen calon pemimpin (partai politik atau pemerintahan) dapat menjalankan pola rekruitmen yang baik. Jadi setiap orang yang bergabung di partai politik atau pemerintahan adalah orang yang terbaik dari sisi pendidikan, prestasi, dan integritas. Bila hal ini tidak dibenahi karena kecenderungan partai politik merekrut anggotanya hanya untuk kepentingan sesaat (vote getter), apalagi setelah ia terpilih bukanlah memberikan kontribusi terbaik kepada rakyat, maka kelak pemimpin seperti itu akan dicap rakyat sebagai pemimpin yang sebaiknya segera dilupakan (better for forget!)

Banuayu, 15 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar