Rabu, 11 Juli 2012

Pemimpin Fokus (Bagian Pertama)




Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Presiden Pertama RI, Bung Karno adalah founding father bangsa Indonesia. Beliau jugalah yang fokus membentuk karakter bangsa yang sebagai bangsa yang besar, tidak gampang diombang-ambingkan oleh negara manapun. Jiwa kharismatik dan percaya diri sebagai pemimpin bangsa yang besar -- beliau tunjukkan kepada kepala negara yang ada. Bahkan dengan rekan pemimpin negara Asia & Afrika, terjadilah Konfrensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Begitu juga dengan Gerakan Non Blok yang memberikan pilihan politik bagi setiap negara untuk menganut garis politik luar negerinya masing-masing. Semangat untuk membela harga diri bangsa beliau tunjukkan meskipun saat itu kondisi bangsa Indonesia masih terpuruk. Belum pernah kita dengar Bung Karno mengeluh karena keterbatasan sumber daya dan fasilitas yang dimilikinya. Beliau tetap memimpin bangsa ini dengan percaya diri dan gagahnya.

Saat pak Habibie menjadi presiden ketiga RI tahun 1999 lalu, beliau mencanangkan agar setiap warga negara dibebaskan untuk menyatakan pendapat, begitu juga dengan kebebasan pers. Dampak snowing ball kebebasan mengemukakan pendapat dan pers yang independen hingga kini sudah dapat kita rasakan manfaatnya. Di tangan pak Habibie pula bangsa ini seolah-olah memiliki energi baru sebagai bangsa yang besar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang bangsa ini. Bahkan negara Singapura dimana banyak pejabat tinggi dan warga Indonesia yang menyanjung kehebatan Singapura dibandingkan dengan Indonesia. Bahkan negara Singapura digambarkan pak Habibie sebagai ' a little red dot' country! Sayangnya orang secemerlang pak Habibie tidak sempat berlama-lama jadi orang nomor satu di republik ini. Karena faktor sejarah masa lalu dan politik instan dari pelaku politik di Indonesia -- kecemerlangan pak Habibie yang sudah diakui dunia internasional untuk mengabdi lebih lama kepada Republik ini sirna sudah. Namun sejarah tidak akan pernah berbohong. Pak Habibie telah menorehkan dan menghembuskan angin demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia untuk selanjutnya berkesempatan menjadi negara besar yang maju.

Di negeri tetangga (Malaysia) juga ada seorang yang dijuluki Soekarno Kecil yakni Mahathir Muhammad. Beliau sempat menjadi PM terlama di Malaysia. Meskipun demikian pak Mahathir fokus selama pemerintahannya untuk membangun Malaysia sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Mereka punya visi Malaysia 2020 -- dimana saat itu Malaysia dapat dikategorikan sebagai negara maju. Untuk itu fokus beliau selama memerintah adalah bagaimana meningkatkan SDM Malaysia dengan pendidikan dan pengembangan ilmu-ilmu dasar. Selain itu kaum Melayu juga diberikan akses skills dan permodalan untuk membawa kelompok UKM menjadi pengusaha yang berstandar internasional. Perusahaan BUMN diarahkan agar bersinergi dengan proyeksi kebutuhan dan target Malaysia ke depan. Lihat industri perminyakan, mobil, perkebunan dan pariwisata Malaysia langsung melejit prestasinya  ke tingkat dunia. 

Indonesia yang awalnya merupakan guru bangsa Malaysia justru seperti kapal pinisi yang mengarungi lautan lepas tanpa arah. Meskipun kita sudah punya nakhoda, tetapi tidak fokus mau dibawa kemana perahu yang bernama Republik Indonesia ini selanjutnya. Semestinya para pemimpin negeri ini harus fokus tindakan yang akan membawa Indonesia menjadi negara besar, maju, dan berperadaban. Janganlah kita mengulangi kesalahan pemimpin di masa lalu. Fokuslah kepada nilai-nilai kebaikan dan prestasi dari pemimpin sebelumnya untuk dapat meningkatkan prestasi dan kebanggaan bagi bangsa dan negara ini di masa depan.

"Tidak ada rakyat yang bodoh atau miskin. Yang ada hanyalah para Pemimpin yang tidak bisa menjalankan amanah dan kreatif serta inovatif dalam mengelola potensi bangsa."

Banuayu, 11 Juli 2012

Senin, 02 Juli 2012

Saweran Untuk Pembangunan


"Politician think the next election but Statesman think for the next Generation"

Kita tidak tahu apa yang ada di benak anggota Dewan dan KPK tatkala ada 'perseteruan' terselubung antara kedua lembaga negara tersebut. Yang rakyat tahu bahwa KPK butuh 'bantuan' untuk mewujudkan gedung baru bagi aktivitas organisasi yang akan membasmi musuh bersama yakni KORUPSI. Sekedar perbandingan bahwa pegawai KPK yang kabarnya tidak mencapai 1.000 (seribuan) orang tersebut -- dalam kegiatannya terhambat karena lokasi kerja yang nyambi di gedung lain. Padahal dibandingkan dengan Singapura atau Hongkong -- mereka memiliki pegawai yang banyak dengan fasilitas yang lengkap. Terlepas pro kontra apakah kebutuhan gedung baru KPK merupakan urgent atau tidak -- sebagai rakyat menangkap isyarat bahwa adanya pihak yang ingin  'menghambat' dibangunnya gedunga baru KPK. Titik!

Semestinya kita sebagai anak bangsa apalagi sebagai wakil rakyat dapat segera menangkap esensi kebutuhan gedung baru KPK tersebut sebagai 'kebutuhan' bukan 'keinginan' dari KPK an sich. Bila niatnya untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya -- maka semestinya apapun langkah yang menghambat pembangunan gedung itu harus disingkirkan! Jika rakyat sekarang ini melakukan saweran untuk pembangunan KPK -- sebenarnya potensi jumlah rakyat yang besar itu bukan saja sanggup untuk membiayai gedung KPK saja -- tapi juga membangun infrastruktur lainnya. Masih ingatkah di tahun 1950-an Bung Hatta pernah menyarankan agar setiap orang Indonesia menabung uang 1 (satu) Rupiah perhari. Bilamana hal ini diterapkan, bukan hal yang mustahil bangsa ini sudah dapat membangun infrastruktur yang hebat. Namun semua itu akan tiada gunanya bila mental pemimpin negeri ini bukan mau nyawer untuk pembangunan bangsanya -- tapi malah 'minta saweran' dari dana pembangunan yang telah diamanahkan kepada pundak mereka.

Jangan pernah remehkan kekuatan rakyat yang berniat melakukan saweran pembangunan negeri ini. Mestinya para pejabat tinggi negeri ini malu karena rakyat telah membayar pajak dan memberikan mandat untuk dapat mengelola uang rakyat yang dititipkan kepada mereka. Jangan pernah pula menganggap bahwa rakyat 'kurang kerjaan' dengan melakukan saweran untuk pembangunan. Bahasa lain dari rakyat yang melakukan saweran tersebut bahwa mereka rela mengeluarkan uang dari hasil keringat mereka demi kemajuan bangsa ini yang selama ini masih ada pihak-pihak tertentu yang bermental korup yang rela menilep uang hasil keringat rakyat. Semoga hal ini tidak terjadi.

Banuayu, 03 Juli 2012

Majulah Papua-ku! (Bagian Ketiga Tulisan)



Kesulitan terbesar untuk membangun infrastruktur di Papua adalah masalah biaya (cost) yang sangat besar. Sebagai perbandingan jika 1 zak semen seharga 150 ribu, maka di Papua harganya akan meningkat menjadi 10 kali lipat! Mungkin dengan dasar itulah proyek pengadaan infrastruktur di sana menjadi tersendat. Oleh sebab itu pembangunan di Papua haruslah mencari ’strategi khusus’. Khusus di sini maksudnya bagaimana pembangunan di Papua haruslah bisa mengakomodir potensi alam dan sumber daya manusia dengan peluang yang ’cocok’ dengan kondisi kekinia Papua. Adalah hal yang contra produktif bila menerapkan strategi pembangunan di Papua dengan daerah Jawa atau provinsi lainnya di Indonesia. Sebab setiap daerah punya potensi dan karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.

Dalam tulisan saya terdahulu sempat dipertanyakan bagaimana seandainya Papua menjadi Provinis Olah Raga? Mungkin kedengarannya kurang keren atau prestisius.Tapi tahukah Anda bahwa negara-negara maju saat ini justru sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur olah raga di negara mereka. Perhelatan Piala Eropa 2012 lalu di Polandia-Ukraina membuktikan bahwa negara-negara Eropa Timur saat ini kelihatan kemajuannya dengan telah dibangunnya stadion dan  saraana olah raga kelas dunia di negara mereka. Bahkan transaksi antar pemain sepak bola yang direkrut oleh klub-klub sepak bola Eropa menunjukkan kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun. Anda dan saya mungkin terhenyak bila melihat ada pemain sepak bola yang dikontrak seharga 100 hingga 500 milyar rupiah untuk bermain sepak bola di klub tertentu di Eropa. Jadi memfokuskan Papua menjadi provinsi yang mempunyai kekhususan (misalnya olah raga) bukanlah hal yang merendahkan gengsi atau martabat.

Atau pemerintah dan rakyat Papua dapat juga membuat suatu terobosan dengan memfokuskan provinsi ini menjadi daerah wisata alam dan laut (bahari). Bukankah provinsi Bali juga tidak memiliki sumber kekayaan alam namun dengan industri wisata dan budaya yang mereka miliki, mejadikan provinsi Bali sebagai pusat wisata utama di Indonesia maupun dunia! Atau bila perlu orang Papua difokuskan untuk dapat menjadi nelayan memiliki keahlian sebagaimana yang dimiliki oleh nelayan Jepang atau Amerika yang dapat menangkap ikan-ikan komoditas ekspor ke manca negara. Tidak ada yang tidak mungkin bila kita bekerja keras, bekerja sama dan bekerja cerdas untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut.

Merajut Kemakmuran di Tanah Papua

Ada pepatah yang mengatakan bahwa Kota Roma dibangun tidak dalam sehari. Perlu waktu dan sumber daya (manusia, modal, peralatan dan teknologi) untuk mewujudkan suatu kota atau provinsi impian. Provinsi Papua haruslah dijadikan pilot project untuk dapat membangun sumber daya manusia dan mega proyek. Bila perlu siapapun presiden RI periode 2014 nantinya – dalam salah satu fokus kerja kabinetnya untuk dapat mewujudkan agar provinsi Papua dapat menjadi salah satu provinsi andalan di Indonesia. Tidak cukup membangun Provinsi Papua dengan slogan atau pidato an sich. Atau juga membangun Papua dengan Undang-Undang atau Keppres semata. Membangun provinsi Papua haruslah dimulai dengan semangat kebersamaan hati, kerja sama dan kerja keras secara Nasional.

Banuayu, 02 Juli 2012

Majulah Papua-ku! (Bagian Kedua Tulisan)


 Banyak ceritera sukses suatu daerah atau suku di tanah air yang bila dilihat dari segi kekayaan alamnya – daerah tersebut boleh dikatakan daerah yang minus. Namun ada beberapa daerah yang tidak terlalu peduli dengan modal sumber daya alamnya, tapi tetap mengedepankan sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan intangible asset bagi setiap daerah di Indonesia. Daerah yang sdmnya bagus – meskipun kekayaan alam daerahnya tidak ada – masih mempunyai harapan untuk menjadi daerah yang maju. Bandingkan dengan daerah yang awalnya mempunyai sumber kekayaan alam yang besar, namun karena over exploitation dan tidak mempersiapkan sumber daya yang terdidik – lambat-laun tetap menjadi daerah yang tidak berkembang. Bahkan bisa jadi kemiskinan akan langgeng bercokol di daerah mereka.

The Power of Education

Ada keyakinan pada orang tua kita dulu bahwa mereka (orang tua –red) rela hidup apa adanya, yang penting anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Memiliki pendidikan yang tinggi merupakan modal untuk dapat memiliki pekerjaan, akses dan relasi yang lebih luas dan berkualitas. Ada suatu dialog dalam film tentang Afrika dimana seorang bule agak terkejut melihat seorang anak Afrika yang ternyata bisa berbahasa Inggris. Oleh sang bapak dijelaskan bahwa ia sengaja mendidik anaknya agar bisa berbahasa Inggris supaya kehidupannya lebih baik daripada orang tuanya. Atas penjelasan sang orang tua si anak, si bule menyimpulkan bahwa you must speak English for better future!

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kemajuan negara manapun di dunia ini pastilah didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi dan bermutu. Jepang termasuk negara yang kurang memperhatikan aspek penguasaan bahasa Inggris bagi warganya. Tapi jangan ditanya bagaimana dengan sistem pendidikan di Jepang yang menerapkan standar disiplin dan kualitas tinggi terhadap murid-murid sekolah mereka. Orang Jepang mempunyai prinsip menguasai ilmu dan penerapannya. Sehingga aspek penguasaan bahasa selain bahasa Jepang dikesampingkan.

Pendapat seorang Jusuf Kalla, kala beliau masih menjadi wapres yang mengatakan bahwa bila ada perbedaan mutu pendidikan sekolah di Jawa dengan Papua, maka janganlah membuat standar kelulusan siswa di Papua di down grade, tapi lakukan perbaikan mutu guru dengan memberikan kompetensi dan sertifikasi yang standar nasional serta membangun infrastruktur yang sama baiknya  dengan saudara-saudaranya di pulau Jawa. Bila mutu guru dan fasilitas sudah terpenuhi – bukan tidak mungkin prestasi putera-puteri terbaik Papua akan muncul dengan gilang-gemilang. Daerah yang mutu sumber dayanya hebat, akan membuat negara menjadi kuat dan bermartabat!



Banuayu, 02 Juli 2012