Kamis, 08 Maret 2012

Infrastructure is Our Future!


Pada Maret tahun lalu, Direktur Transportasi Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional Bambang Prihartono mengatakan pada 1996 peringkat daya saing infrastruktur Indonesia masih berada di atas China, Thailand, Taiwan, dan Sri Lanka.  
"Namun, kini Indonesia tertinggal dan hanya lebih unggul daripada Argentina dan Filipina."
Secara khusus, daya saing jalan, pelabuhan, dan kelistrikan rendah. Dalam The Global Competitiveness Report 2011—2012 yang dikeluarkan World Economic Forum, disebutkan dalam hal infrastruktur Malaysia lebih unggul ketimbang Indonesia. Negeri jiran itu menempati peringkat 26, sedangkan Indonesia di 76. Dikutip dari Lampost, 02 Januari 2012.


Beberapa waktu lalu beberapa media asing sempat menulis bahwa ada 'Indiana Jones' versi Indonesia. Lho, koq bisa gitu? Ternyata ada jembatan gantung di salah satu desa di tanah air kita ini yang rusak sehingga setiap harinya anak-anak sekolah dasar harus bergelayutan di jembatan (rusak) tersebut bak film Hollywood di Amrik sono. Berita tersebut sangat menohok rasa kemanusiaan kita sebagai anak bangsa. Bahkan ada juga ada jembatan desa yang terbuat dari bambu di daerah kabupaten Bogor yang ambruk dan menghanyutkan beberapa orang penduduk. Beberapa diantaranya ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi. Belum lagi sudah banyak gedung sekolah yang roboh karena dimakan usia dan kurang perawatan. Yang paling anyar adalah ambruknya jembatan rangka besi di Kutai Kertanegara (Jembatan Kukar).


Sebenarnya merawat dan membangun infrastruktur merupakan suatu keniscayaan bagi suatu bangsa. Bangsa ini sudah terbiasa dengan 'budaya' gampang membangun dan gampang lupa melakukan perawatan. Pertumbuhan infrastruktur berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. Bila di tahun 1980-an hingga tahun 1990-an masih ada paradigma bahwa perkembangan UKM sulit berkembang karena terkendala pemasaran. Namun seiring kompetisi global, faktor pemasaran memang salah satu hal yang penting -- namun hal yang lebih penting lagi bagaimana pemasaran dapat berjalan (distribusi barang -red) bila infrastruktur tidak ada? Atau infrastruktur yang ada sudah rusak. Tentunya overhead-nya akan meningkat seiring dengan rusak (parahnya) infrastruktur di negeri ini. Semakin tinggi overhead, semakin rendah daya saing bangsa ini di tingkat global.


Negeri Arab dan China termasuk yang pro aktif terhadap bagaimana membuat infrastruktur yang efektif dan efisien. Sudah jamak bila jalan-jalan di Arab Saudi sudah full tol, jembatan (fly-over maupun under pass). Bahkan di kedua negara itu pembangunan terowongan (tunnel) sudah biasa. Mengapa hal itu dilakukan? Tentunya dengan membangun terowongan, investasi yang dibutuhkan semakin tinggi. Bagi mereka (Arab Saudi dan China - red), dengan membangun terowongan -- maka jarak tempuh semakin pendek (karena jalur menjadi lurus dan tidak perlu berkelok). Hal tersebut tentunya akan membuat biaya operasional semakin murah. 

Bila orang Arab berkata:"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China".
Saatnya Indonesia belajar membangun infrastruktur sampai ke negeri China. Mengapa hal ini perlu dilakukan?
Sebab dengan dukungan infrastruktur yang baik maka masa depan bangsa akan lebih baik. 
So, Infrastructure is Our FUTURE!


Banuayu, 08 Maret 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar